Tersisihnya Kaum Manula

Perlakuan masyarakat terhadap kaum manula berbeda-beda di tiap negara. Di negara berkembang yang berpenduduk banyak, manula menjadi tanggungan keluarga dan kerabat tanpa mempermasalahkan biaya dan kerugian mental, namun di negara-negara maju yang pertumbuhan penduduknya stabil, tingkat kesehatan yang tinggi dan kuatnya individualisme, kehidupan manula menjadi masalah yang kian lama kian berat. Dengan harapan hidup (life expectation) yang tinggi, jumlah manula bertambah banyak dan mereka pada akhirnya pun menjadi kaum difable. Kemampuan fisik yang menurun atau terbatas membuat manula bergantung pada bantuan orang lain yang lebih kuat, misalnya dalam aktivitas sehari-hari dalam bergerak, membersihkan badan dan buang air. Bedanya, perlakuan orang terhadap bayi diiringi harapan bahwa sang bayi akan cepat tumbuh besar dan dapat hidup mandiri, sementara perlakuan orang terhadap manula diiringi kecemasan akan problem yang berkepanjangan seiring kesehatan yang bertambah buruk. Dalam aktivitas fisik, beban mental yang dialami oleh manula mungkin sama beratnya dengan yang dirasakan oleh orang yang membantunya. Namun lebih jauh, dalam lingkungan sosial manula menderita tekanan psikis yang lebih berat karena tersisih dari peran aktif dalam masyarakat. Yang membuat mereka tersisih adalah infrastruktur lingkungan yang tidak memungkinkan mereka untuk bebas bergerak ke luar rumah dan persepsi yang salah dalam masyarakat yang menganggap mereka sebagai aib dalam keluarga. Posisi mereka sebagai golongan non-produktif semakin menjatuhkan mereka ke dalam jurang depresi, yang tidak jarang berakhir dengan bunuh diri.